Setelah Allah menceriterakan bagaimana kesudahan kedurhakaan iblis itu, sampai dia diusir dengan hina Iari dalam syurga, Tuhanpun beralih kepada menceriterakan Adam.
وَيَٰٓـَٔادَمُ ٱسۡكُنۡ أَنتَ وَزَوۡجُكَ ٱلۡجَنَّةَ فَكُلَا مِنۡ حَيۡثُ شِئۡتُمَا وَلَا تَقۡرَبَا هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٩
19. Dan wahai Adam! Tinggallah engkau dan isterimu di dalam Syurga serta makanlah dari makanannya sepuas-puasnya apa sahaja kamu berdua sukai dan janganlah kamu hampiri pokok ini, (jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari orang-orang yang zalim.
"Wahai Adam! Tinggallah engkau dan isteri engkau di syurga itu." (pangkal ayat 19).
Di permulaan kisah Adam, baru disebut sendirian. Malaikat diperintah sujud ialah kepada Adam yang masih sendirian itu. Di dalam ayat ini beliau sudah mulai disebut berdua dengan isterinya. Artinya sementara itu Allah telah menciptakan jodoh buat dia, isteri buat teman hidupnya. Sedang yang diceriterakan al-Quran hanyalah asal mula kejadian Adam. Adapun asal mula kejadian isterinya, yang bernarna Hawa itu, tidaklah al-Quran menceriterakannya. Pengetahuan tentang asal-usul tentang kejadian Siti Hawa, bolehlah manusia sendiri mencarinya. Karena kalau manusia telah tahu bahwa Adam terjadi daripada tanah liat, tentu kejadian isterinya sudah dapat diqiyaskan oleh ahli akal. Hanya di dalam kitab Perjanjian Lama (Kejadian Fasal: 2;21) diterangkan bahwa Tuhan Allah mencabut sebilah tulang rusuk Adam sedang dia nyenyak tidur, lalu tulang rusuk itu diciptakan Allah menjadi seorang manusia perempuan, itulah Hawa. Ahli-ahli Tafsir al-Quran sebagian besar mengambil pendirian dari tulang rusuk ini pula, karena ada Hadis Nabi dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, mengatakan kejadian perempuan itu dari tulang rusuk.
Tetapi ujung Hadis itu menunjukkan bahwa perangai dan tingkah laku perempuan ada seperti tulang rusuk. Terlalu dikerasi dia patah, dibiarkan saja dia tetap bungkuk. Dan tidak pula ada Hadis yang tepat mengatakan bahwa isteri Adam terjadi dari tulang rusuk Adam. Seketika menafsirkan ayat Adam di Surat al-Baqarah, hal inipun telah kita perbincangkan.
Maka diperintahkanlah Adam dan isterinya tinggal berdiam di dalam syurga itu, dan firman Allah:
"Maka makanlah olehmu berdua mana-mana yang kamu sukai."
Setelah diberi kesempatan berdiam di dalam syurga itu, diberilah keizinan bagi mereka berdua makan dan minum berenak-enak di dalamnya, sesuka hatilah memilih makanan yang berbagai ragam coraknya dalam syurga itu.
"Tetapi janganlah kamu berdua mendekat kepada pohon ini, sebab kamu akan termasuk dari mereka yang zalim." (ujung ayat 19).
Tegasnya, kalau kamu dekati dan kamu makan buahnya, kamu akan celaka. Dengan ujung ayat ini kita telah diberi pula pengertian bahwasanya pada manusia mula pertama sudah ada kebebasan. Dan sudah ditunjukkan bahwasanya kebebasan yang sejati itu ialah dengan adanya batas. Kebebasan dengan tidak mempunyai batas, adalah chaos (kacau). Semua boleh dimakan, kecuali ini. Kalau batas itu dilanggar, maka kebebasan tidak ada nilainya lagi. Orang yang melanggar larangan niscaya akan rugi, niscaya kebebasannya akan rusak.
Tetapi kebebasan dengan adanya larangan yang tidak boleh ditempuh itu, adalah tempat masuknya waswas syaitan. Tabiat manusia ialah ingin tahu dan ingin melanggar mana yang dilarang. Bertambah dilarang, bertambah besarlah keinginannya hendak tahu. Ada rupanya pohon yang terlarang. Sedangkan mendekat mendekat sajapun tidak boleh. "Ada apa?" - "Mengapa tidak boleh?" Di saat yang beginilah mudah masuknya syaitan.
فَوَسۡوَسَ لَهُمَا ٱلشَّيۡطَٰنُ لِيُبۡدِيَ لَهُمَا مَا وُۥرِيَ عَنۡهُمَا مِن سَوۡءَٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَىٰكُمَا رَبُّكُمَا عَنۡ هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةِ إِلَّآ أَن تَكُونَا مَلَكَيۡنِ أَوۡ تَكُونَا مِنَ ٱلۡخَٰلِدِينَ ٢٠
20. Setelah itu maka Syaitan membisikkan (hasutan) kepada mereka berdua supaya (dapatlah) dia menampakkan kepada mereka akan aurat mereka yang (sekian lama) tertutup dari (pandangan) mereka, sambil dia berkata: Tidaklah Tuhan kamu melarang kamu daripada (menghampiri) pokok ini, melainkan (kerana Dia tidak suka) kamu berdua menjadi malaikat atau menjadi dari orang-orang yang kekal (selama-lamanya di dalam Syurga).
"Maka syaitanpun membisikkan kepada mereka keduanya, yang akan menampakkan kepada keduanya dari kemaluan mereka berdua." (pangkal ayat 20).
Dalam bahasa yang dipakai dalam ayat ialah waswas, yang kita artikan membisikkan. Bisa juga diambil langsung bahasa Arabnya itu, yaitu ditimbulkan waswas di dalam hati keduanya oleh syaitan. Sebab bisikan syaitan ialah mewaswaskan dalam jiwa. Adapun yang syaitannya itu sendiri tidaklah menampakkan dirinya. Syaitan yang memperdayakan Adam dan Hawa di syurga itu belumlah syaitan kasar, yaitu manusia yang merayu orang lain berbuat pelanggaran. Masih syaitan iblis musuh roh jahat yang tidak mau sujud bersama malaikat itu. Hadis Rasulullah s.a.w. yang shahihpun ada menyatakan bahwa syaitan itu kadang-kadang menyelusup ke dalam diri manusia dan mengalir sebagai aliran darah, memasukkan pengaruhnya. Apabila syaitan sudah bangkit di dalam diri manusia, macam-macamlah bisik rayuan yang terdengar oleh telinga nyawa. Maksud syaitan memasukkan waswas atas bisik ini, di dalam ayat ini diterangkan dengan jelas, yaitu supaya Adam dan Hawa menampak kemaluan mereka, yang rupanya sebelum buah kayu yang terlarang mereka makan, mereka tidak sadar akan adanya alat kelamin mereka atau tidak perduli akan alat kelamin itu, atau mungkin juga ditafsirkan tidak tahu akan gunanya.
Di dalam Tafsir kita ini, kita lanjutkan saja terus menurut semangat bunyi ayat. Tidak kita tumpangi beberapa tafsir yang mengatakan bahwa ketika itu iblis menjelma atau menumpang ke dalam tubuh ular. Inipun ada juga terdapat dalam beberapa Tafsir al-Quran tetapi tidak bertemu sumbernya dari Hadis yang shahih. Nampak dengan jelas bahwa penafsiran dengan ular ini diambil lagi dari lsrailiyat atau dengan isi kitab Perjaniian Lama yang mempengaruhi beberapa penafsir Islam. Maka dari memahamkan bunyi ayat ini, dapat kita mengambil kesimpulan bahwa buah kayu yang terlarang itu kalau dimakan, manusia pertama itu akan terbuka kemaluannya, atau auratnya. Di dalam ayat, aurat atau kemaluan itu disebut sou atu huma. Kita artinya kemaluan keduanya. Artinya yang asal dari sou atu, rumpun asal kata su', artinya “jahat". Arti iebih dalam ialah bahwa tabiat asli manusia kurang senang melihat atau memperlihatkan kemaluannya. Itu sebabnya maka dalam bahasa kita aurat itu diartikan kemaluan. Tabiat manusia sendiri, atau nalurinya, merasa malu melihat kemaluan atau memperlihatkan kemaluan sendiri. Sehingga kelompok manusia yang masih sangat primitif di dalam rimba Afrika atau Irian pun, meskipun masih bertelanjang, belum mengenal pakaian, namun kemaluan yang sedikit itu masih mereka tutup. Syaitan iblis yang telah lebih berpengalaman mengetahui hal itu. Tetapi manusia pertama belum tahu.
"Dan dia berkata: Tidaklah melarang Tuhan kamu berdua dari pohon ini, melainkan lantaran kamu berdua akan jadi malaikat, atau lantaran kamu berdua akan jadi dari orang-orang yang kekal."(ujung ayat 20).
Inilah rupanya isi bisik atau waswas yang dimasukkan syaitan kepada keduanya, Adam dan Hawa. Kamu berdua dilarang memakan buah ini, tidak lain maksudnya ialah supaya kamu jangan jadi malaikat atau menjadi makhluk yang kekal tidak mati-mati. Di sinilah masuk bisikan syaitan itu. Kamu dilarang Allah memakan itu ialah supaya kamu tetap jadi manusia saja, dan kalau kamu makan tentu kamu jadi malaikat. Dapatlah diteruskan dalam penafsiran kita betapa luasnya pembisikan itu. Pertama keinginan manusia supaya hidup terus, tidak mati-mati, dan keinginan inilah yang dibangkitkan syaitan kepada Adam dan Hawa. Keinginan mempunyai kekuatan dan keluasan bergerak dalam alam ini sebagai malaikat. Atau tidakpun jadi malaikat, baik jadi manusia juga, tetapi kekal, tidak mati-mati.
Keinginan-keinginan atau naluri ini sudah ada rupanya dalam dasar jiwa Adam. Tetapi dia terhalang menurutkan kata perasaan itu, Sebab dia dilarang mendekati buah dan pohon yang terlarang. Bertambah dilarang bertambah timbul keinginan itu. Apatah lagi manusia pertama belum berpengalaman. Maka oleh karena selalu dibisiki, dirayu dan dibujuk, niscaya timbullah keraguan. Waktu itulah syaitan iblis bersumpah:
وَقَاسَمَهُمَآ إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ ٱلنَّٰصِحِينَ ٢١
21. Dan dia bersumpah kepada keduanya (dengan berkata): Sesungguhnya aku adalah dari mereka yang memberi nasihat kepada kamu berdua.
"Dan bersumpahlah dia kepada keduanya: Sesungguhnyalah aku kepada kamu berdua, dari orang yang memberi nasihat." (ayat 21).
Ayat ini memberikan pula pengertian kepada kita bahwa bujuk rayu atau bisikan dan waswas yang dimasukkan ini telah dikerjakan oleh syaitan iblis dengan bersungguh-sungguh. Dan seakan-akan kelihatan oleh kita dari ruang celah-celah arti ayat bahwa kedua nenek kita telah menghadapi peperangan dalam hati, di antara keinginan dan larangan. Di dalam ayat selalu disebut bahwa mereka sekali keduanya dihadapi oleh syaitan, untuk menampakkan bagi kita bahwa untuk melemahkan pendirian laki-laki, isteripun turut dirayu. Akhirnya si syaitan bersumpah bahwa apa yang dikatakannya itu adalah nasihat. Kata nasihat adalah bersisi kejujuran tidak bohong. Pendeknya si syaitan iblis telah mulailah waktu itu melancarkan tekadnya akan memperdayakan manusia dari muka dan dari belakang, dari kiri dan dari kanan sebagai tersebut pada ayat 17 tadi. Dan karena perkataan ini telah dikuatkan pula dengan sumpah, tentulah bertambah goyang pendirian kedua suami-isteri itu.
فَدَلَّىٰهُمَا بِغُرُورٖۚ فَلَمَّا ذَاقَا ٱلشَّجَرَةَ بَدَتۡ لَهُمَا سَوۡءَٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخۡصِفَانِ عَلَيۡهِمَا مِن وَرَقِ ٱلۡجَنَّةِۖ وَنَادَىٰهُمَا رَبُّهُمَآ أَلَمۡ أَنۡهَكُمَا عَن تِلۡكُمَا ٱلشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَآ إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمَا عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٢
22. Dengan sebab itu dapatlah dia menjatuhkan mereka berdua (ke dalam larangan) dengan tipu dayanya. Setelah mereka memakan (buah) pohon itu, terdedahlah kepada mereka berdua aurat masing-masing dan mereka mulailah menutupnya dengan daun-daun (dari) Syurga. Serta Tuhan mereka menyeru mereka: Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pokok itu dan Aku katakan kepada kamu, bahawa Syaitan itu adalah musuh kamu yang nyata?
"Maka dianjurkanlah keduanya dengan tipudaya." (pangkal ayat 22).
Kalau sudah mulai syaitan menganjurkan, tandanya rayuannya sudah nampak akan berhasil. Tetapi meskipun telah nampak akan berhasil, namun si syaitan laknat itu selalu juga waspada, dia tidak sekali-kali melepaskan sikap tipu dayanya, sehingga terperosoklah Adam dan Hawa memakan buah yang terlarang itu. Manusia pertama belum berpengalaman.
"Maka setelah keduanya merasai pohon itu,"
yaitu buahnya tiba-tiba:
"Terbukalah bagi keduanya kemaluan keduanya."
Artinya setelah keduanya memakan buah itu, mulailah keduanya melihat bahwa mereka ada mempunyai alat kelamin. Masing-masing mulai sadar akan kemaluan sendiri dan kemaluan kawannya.
Ahli-ahli tafsir ada yang berkata bahwa mulanya mereka berpakaian yang indah-indah dari pakaian syurga. Setelah buah itu mereka makan, pakaian syurga itu tanggal dengan sendirinya. Ada pula mengatakan bahwa kemaluan keduanya tertutup dengan kuku, menjadi terbuka setelah makan buah itu. Dan ada pula yang mengatakan tertutup oleh semacam cahaya. Tetapi oleh karena penafsiran itu tidak dikuatkan oleh riwayat yang kuat dari Rasulullah s.a.w., barangkali tidak salah setelah memahami ayat itu kita menyatakan pendapat bahwasanya memakan buah itu adalah menimbulkan kesadaran syahwat pada manusia? Menimbulkan kesadaran persetubuhan pada laki-laki dan perempuan?
"Dan bergegaslah keduanya menutupi atas keduanya dengan daun daunan syurga."
Artinya mulai saat itu mereka keduanya sadar akan alat kelamin masing-masing dan mulai tumbuh rasa malu melihatnya, baik melihat punya sendiri atau melihat punya teman hidup, sehingga bergegas (segera atau lekas-lekas) mengambil daun syurga itu untuk menutupi aurat masing-masing. Mulailah terasa perubahan pandangan hidup, maka timbullah malu dan timbullah rasa menyesal karena larangan Allah sudah dilanggar.
"Dan menyerulah Tuhan mereka kepada keduanya: Bukankah telah Aku larang kamu berdua dari pohon itu?"
Setelah kamu keduanya terlanjur melanggar larangan itu, kamu keduanya sudah mulai menderita, terutama menderita malu karena kemaluan tersingkap, merasa ngeri melihat diri bertelanjang.
"Dan telah Aku katakan kepada kamu berdua sesungguhnya syaitan itu bagi kamu berdua adalah musuh yang nyata?" (ujung ayat 22).
Dengan membaca pula Surat Tha-Ha (Surat 20, ayat 117), kita dapat memahamkan ayat ini lebih jelas lagi, bahwasanya setelah iblis itu dimurkai Allah karena tidak mau sujud kepada Adam, Allah telah memberi peringatan kepada Adam dan isterinya supaya awas terhadap iblis, sebab dia adalah musuh mereka. Rupanya karena naluri keinginan tahu tadi, ditambah lagi dengan sumpah syaitan iblis itu bahwa dia memberi nasihat yang jujur, Adam terperosok. Allah memberi peringatan, kalau rayuan iblis mereka perturutkan, mereka akan sengsara dan akan celaka. Bukanlah mereka akan jadi malaikat atau menjadi orang kekal, sebagai yang dibisikkan syaitan iblis, lantaran memakan buah itu tetapi akan sengsara dan celakalah mereka, tidak layak lagi hidup di sana, sebab larangan Allah telah terlanggar. Oleh karena teguran dan pertanyaan begitu dari Allah, sesal yang telah tumbuh sejak memakan buah itu, bertambah-tambah lagi. Insaf bahwa mereka telah disesatkan oleh musuh sendiri. Musuh yang datangnya bukan dengan kekerasan, tetapi dengan tipudaya dan bisik-bisik dan memasukkan waswas, mencari sudut yang lemah dari benteng pertahanan manusia. Keduanya menyesal.
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٢٣
23. Mereka berdua merayu: Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan kalau Engkau tidak mengampunkan kami dan memberi rahmat kepada kami, nescaya menjadilah kami dari orang-orang yang rugi.
"Keduanya menjawab: Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami." (pangkal ayat 23).
Inilah perkataan, doa dan munajat (seruan) kepada Ilahi yang telah menyatakan pengakuan kesalahan. Kami telah melanggar larangan. Sekarang tahulah kami bahwa kami telah menganiaya diri, terasa oleh kami sekarang penderitaan batin kami sendiri. Oleh sebab itu ampunan Engkaulah yang kami harapkan lagi:
"Dan jika tidaklah Engkau ampuni kami dan Engkau rahmati kami, sesungguhnya jadilah kami dari orang-orang yang rugi." (ujung ayat 23).
Kami telah menganiaya diri kami sendiri, sebab rayuan musuh kami, si iblis kami turuti dan larangan Engkau kami langgar. Telah nyata kelemahan kami. Rasa ingin tahu yang ada dalam diri, tidak dapat kami kendalikan karena bagusnya bujukan syaitan. Kehendak iblis kami turuti, kehendak Allah kami lalaikan. Maka kalau tidaklah Engkau ampuni dosa kami yang telah terlanjur itu, dan kalau tidaklah Engkau beri rahmat bagi kami dengan petunjuk dan hidayat, sehingga buat selanjutnya kami hati-hati, niscaya rugilah kami. Jiwa kami takut akan kerugian itu, tetapi jalan lain untuk membangkitkan jiwa kembali kepada kebahagiaan dan kemenangan, tidak ada. Jalan hanya satu, yaitu kembali ke dalam perlindungan Engkau, berjalan di atas jalan Engkau.
Di dalam Surat al-Baqarah dahulu, ayat 37, Allah telah memberitahukan pula kepada kita, bahwasanya ucapan doa yang demikian adalah Tuhan sendiri yang mengajarkannya kepada Adam, sehingga dia dan isterinya diberi taubat. Memang, siapa pula lagi yang akan mengeluarkan insan dari kesulitannya kalau bukan Tuhan sendiri.Karena permohonan yang demikian, mengakui memang diri telah bersalah, tidak mengelak dari tanggungjawab, maka Allah telah memberi ampun kepada Adam clan Hawa atas kesalahan melanggar larangan itu. Tetapi keadaan Adam dan Hawa setelah memakan buah itu, telah berubah pandangannya terhadap keadaan sekeliling, terutama dalam soal kelamin sudah lain. Sebab itu meskipun kesalahan itu telah diberi ampun, tidak juga dia berdua layak lagi buat tinggal di dalam syurga.
قَالَ ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ وَلَكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرّٞ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٖ ٢٤
24. Allah berfirman: Turunlah kamu semuanya, dengan keadaan setengah kamu menjadi musuh bagi setengahnya yang lain dan bagi kamu disediakan tempat kediaman di bumi dan juga diberi kesenangan hingga ke suatu ketika (mati).
"Dia berfirman: Turunlah kamu semua!" (pangkal ayat 24).
Kalau semua adalah kata jama`, artinya untuk orang banyak lebih dari berdua. Mereka adalah bertiga, yaitu Adam dan Hawa dengan iblis.
"Yang sebahagian kamu dari yang sebahagian adalah musuh."
Sesudah kejadian dalam syurga itu, sejak iblis tidak mau sujud, sampai dia menyatakan maksud hendak memperdayakan Adam dan Hawa dengan segenap keturunannya, dan kepada waktu yang ditentukan kelak, sampai pula kepada pelaksanaan perdayaan iblis yang pertama, sampai Adam dan Hawa terperosok melanggar larangan, sudah nyatalah bahwa sebagian mereka, yaitu golongan Adam dengan isterinya dengan golongan iblis dan kaki tangannya sudah timbul permusuhan. Yang menimbulkan permusuhan pertama ialah iblis. Manusia tidak memusuhi iblis pada mulanya. Tetapi karena iblis sudah bertekad untuk memusuhinya, niscaya manusia tidak dapat lagi memandang kawan kepada iblis yang seluruh hidupnya bertekad memusuhi manusia. Maka Tuhan memberi peringatan bahwa mau tidak mau, permusuhan ini telah ada. Di samping itu Tuhanpun memberitahu di mana tempat tinggal mereka yang baru:
"Dan untuk kamu di dalam bumi itu adalah tempat menetap dan untuk bekal, sampai suatu ketika." (ujung ayat 24).
Dengan ujung ayat ini diterangkanlah tempat kediaman yang baru itu yaitu bumi. Di tempat kediaman yang baru itulah mereka; Adam dan Hawa clan Iblis akan hidup. Berusahalah di sana clan carilah bekal, untuk pulang kembali ke Akhirat. Atau pulang kembali kepada Allah sebab dahulunya datang dari Allah. Tinggallah sementara waktu di sana, sampai datang satu ketika. Orang seorang hidup di dunia, kemudian mati. Anak cucu manusia itu turun temurun meramaikan dunia sampai datang pula waktunya dunia itu dikiamatkan.
Menurut setengah tafsir lagi, kalimat ihbithuu yang boleh diartikan turunlah kamu semuanya dari dalamnya, yaitu dari dalam syurga, yang dimaksud dengan memakai fiil amar yang berupa jama' (perintah kepada banyak orang) ini, bukanlah kepada Adam, Hawa dan Iblis, melainkan kepada Adam dan Hawa dan anak-anak keturunan yang akan datang di belakang. Dalam kalimat jama' itu, tidak untuk iblis.
Mereka tafsirkan demikian sebab perintah khusus menyuruh turun dan keluar daripada syurga kepada iblis sudah terang dalam ayat 12 di atas. Ihbith: Perintah turun kepada orang seorang (mufrad).
Dan kata ahli tafsir itu pula meskipun pada waktu itu yang kelihatan baru Adam dan Hawa, namun keturunan mereka telah ada dalam diri mereka. Pendapat penafsiran ini mereka kuatkan dengan ayat 171 dari Surat ini juga,
yang kita akan sampai kepadanya. Bahwa tatkala manusia telah ditentukan buat menghuni dunia ini, Tuhan telah menanyakan kepada lembaga manusia yang akan jadi itu. "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Semuanya telah menjawab: "Memang tiada lain, kami telah naik saksi!"
Tetapi tafsir yang pertama sudah dapat pula difahamkan jika diingat lanjutan ayat, yang mengatakan bahwa setelah semuanya turun dari dalam syurga, atau keluar dari dalamnya. "Setengah kamu bagi yang setengah adalah musuh." Bahwa yang bermusuhan itu adalah manusia dengan iblis. Dan ayat selanjutnya menegaskan lagi:
قَالَ فِيهَا تَحۡيَوۡنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنۡهَا تُخۡرَجُونَ ٢٥
25. Allah berfirman lagi: Di bumi itu kamu hidup dan di situ juga kamu mati dan daripadanya pula kamu akan dikeluarkan (dibangkitkan hidup semula pada hari kiamat).
"FirmanNya (pula): Di dalamnyalah kamu akan hidup dan di dalamnya kamu sernua akan mati, dan daripadanya kamu akan dikeluarkan." (ayat 25).
Maka dipersambungkanlah kembali, atau dikaitkan ayat 25 ini dengan ayat 10 di atas tadi. Beginilah asal mulanya maka manusia diberi ketetapan oleh Allah buat hidup di atas bumi ini, sehingga diberi pula berbagai macam mata penghidupan. Dan dapatlah pula difahamkan bahwa di dunia hanya sementara, sebab asal kejadian dari tanah akan kembali ke dalam tanah dan akan dikeluarkan kembali dari tanah, untuk mempertanggungjawabkan kepercayaan dan amal kepada Allah. Di sini diperingatkan bahwa manusia datang ke dunia bukanlah dua suami-isteri Adam dan Hawa saja, tetapi bertiga dengan musuh mereka: Iblis! Sehingga mencari bekal buat kembali kepada Allah di satu ketika itu meminta tenaga perjuangan yang hebat dahsyat. Sebab musuh akan mengganggu di mana-mana, dari muka, dari belakang, dari kanan dan dari kiri.
Dari ayat ini kita mendapat kesan perbedaan Manusia dengan Iblis. Iblis berdosa dan manusia berdosa. Pangkal dosa iblis ialah takabbur, sehingga tidak mau diperintah sujud, dan setelah ditegur dia bertambah menyombong, bahkan bertekad meneruskan dosa itu guna menghancurkan musuhnya. Manusiapun berdosa, tetapi bukan karena sombong, hanyalah karena belum berpengalaman, sehingga mudah dirayu. Dan setelah ditegur, manusia segera taubat. Sebab itu maka manusia datang ke dunia ialah sesudah diberi taubat Dan manusiapun insaf, bahwa jika tidak ada ampunan dan rahmat Allah, dosa itu bisa terulang lagi. Mereka diberi taubat dan disuruh turun ke dunia. Langsung diangkat menjadi Khalifah Allah di dalam bumi. Sebab itu dalam dasar atau kalau hendak dinamai Filsafat Ajaran Islam, tidak ada dosa waris. Dosa hanya bisa bertemu kalau manusia tidak dapat mengendalikan diri dan terperosok karena rayuan musuh besarnya. Sebab itu hendaklah manusia itu di dunia berjuang menegakkan kehendak suci yang ada dalam jiwanya mendekati Allah dan menentang rayuan dari musuhnya yaitu iblis.
Dan dari al-Quran pun kita mendapat pelajaran bahwa iblis itu adalah dari Jin (al-Kahfi;Surat 18 ayat 50), sama-sama terjadi dari api beracun.
Maka dalam kalangan jin itupun tidak semuanya jadi iblis dan jadi syaitan. Ada pula yang baik dan menerima syariat Nabi-nabi. Tentang jin yang Mu'min dapat dibaca: al-Jin, Surat 27
Ada juga perselisihan pendapat Ulama, sebagai ketika mentafsirkan al-Baqarah dahulu tentang syurga ini, telah kita uraikan. Sebab disebut Jannah, kita artikan syurga, dan diapun berarti juga kebun atau Taman yang indah. Setengah ahli tafsir mengatakan Jannah yang diperkatakan ini ialah Syurga yang dijanjikan itu. Dan setengah lagi mengatakan bukan syurga yang dijanjikan, melainkan suatu taman indah di dunia ini. Tetapi di mana tempatnya kita tidak tahu. Sebab syurga yang dijanjikan itu tidak akan ada samasekali iblis di dalamnya, sebab iblis adalah Roh Jahat. Yang manapun yang benar, Tuhanlah yang tahu. Kalau benarlah Jannah itu ialah Syurga yang dijanjikan, maka rupanya memang tidaklah layak manusia mencapainya dengan tidak ada pengertian dan pengalaman, pahit dan getir perjuangan hidup, menang dan kalah menghadapi musuh. Akhirnya mencapai Husnul Khatimah dan timbangan yang berat kepada kebajikan, maka berhaklah kembali ke sana dengan tenteram, sebagai An-Nafsul Muthma'innah, yakni jiwa yang telah mencapai ketenteramannya sesudah dikilang, diterpa dan digembleng oleh berbagai ujian hidup.
Siapakah Yang Mula Bersalah? Laki-laki Ataukah Perempuan?
Apabila kita tilik ajaran Islam daripada sumbernya sendiri, yaitu al-Quran, yang menerangkan kisah kesalahan Adam dan Hawa ini, pada beberapa Surat. jelas sekali bahwa Adam dan Hawa keduanya-sama bersalah. Keduanya sama sama digelincirkan oleh perdayaan syaitan dan iblis.
Di dalam Surat 2 al-Baqarah ayat 36, jelas sekali bahwa keduanya sama sama digelincirkan oleh iblis. Di dalam Surat 7 al-A'raf ini, pada ayat 20 sekali lagi dijelaskan bahwa mereka berdualah yang sama ditimbulkan waswas dalam hati mereka, sehingga terperosok jatuh.
Tetapi di dalam Surat 20, Surat Tha-Ha ayat 115, 117,118, 119 sampai ayat 120 bahwa yang dipikuli tanggungjawab atas kesalahan ini adalah Adam sendiri. Di ayat 120 pun dijelaskan bahwa yang pertama diperdayakan syaitan supaya
memakan buah kayu terlarang itu ialah Adam. Di ayat 121 terang sekali bahwa isterinya hanya turut memakan, karena yang dahulu jatuh ialah suaminya. Malahan di ujung ayat 121 itupun jelas sekali bahwa yang mendurhaki Allah dan yang tersesat langkahnya hanya Adam. Isterinya hanya terbawa-bawa.
Demikianlah kalau al-Quran kita tafsirkan dengan al-Quran. Di sini terdapat perbedaan yang jauh sekali dengan faham Yahudi dan Nasrani (Kristen) dengan faham Islam terhadap perempuan. Di dalam kitab Kejadian, (Perjanjian Lama), Fasal 3 ayat 11 dan 12 kelihatan bahwa Adam mengelakkan tanggungjawab dari dirinya dan menyaahkan isterinya. Cobalah perhatikan!
Ayat 11.
"Maka Firman Allah: "Siapa gerangan memberitahu engkau, bahwa engkau telanjang? Sudahkah engkau makan daripada pohon, yang telah Kupesan jangan engkau makan buahnya."
Ayat 12.
"Maka sahut Adam: "Adapun perempuan yang telah Tuhan kurniakan kepadaku itu, iaitu memberikan daku buah pohon itu, lalu kumakan." Oleh sebab itu menjadi dasar kepercayaanlah bagi pemeluk kedua agama
itu bahwa yang pangkal bala, pangkal bencana, ialah perempuan.
Pokok fikiran dan pokok kepercayaan bahwa dosa pertama, yang kemudian menjadi dosa waris itu adalah berasal dari dosa Hawa (Eva), dosa perempuan, karena dialah yang mula diperdayakan oleh iblis, yang masuk menyelusup ke dalam syurga Aden menumpang dalam tubuh ular. Kalau bukan dosa Hawa tidaklah insan akan terusir dari syurga, dan berdosa buat selama-lamanya, turun temurun. Sehingga salah seorang Failasuf Kristen, Tertulian menyatakan pendapat: "Kalau Adam tidak sampai mendurhakai Tuhannya, niscaya dia akan hidup suci bersih, dan akan tetap mempunyai keturunan manusia jua, tetapi tidak dengan jalan seperti binatang ini."
Santa Augustinus menyatakan pendapat tentang perempuan: "Perempuan wajib dipandang sebagai orang yang akalnya sangat pendek, walaupun dia telah bersuami ataupun telah jadi ibu. Karena perempuan itu adalah sebangsa binatang atau makhluk yang tidak mempunyai kekuatan batin dan tidak mempunyai fikiran."
Dari sebab ajaran ini, sampai-sampai kepada bersetubuhpun, dalam hati kecil orang Kristen, adalah dipandang sebagai akibat dosa, akibat perdayaan iblis.
Setelah kita tilik pokok pangkal kepercayaan ini, pokok pangkal kepercayaan berkenaan dengan memakan buah terlarang, dapatlah kita fahamkan bahwa Hawa tersesat adalah karena patuh menurut suami saja. Sebab itu maka yang kena tanya terlebih dahulu bukan dia, melainkan suaminya. Dan di dalam al-Quran Surat Tha-Ha itu jelas sekali bahwa Adam mengakui dan memikul tanggungjawab itu, lalu diapun taubat.
Taubatnya diterima Allah, taubat isterinya pun diterima Allah. Di dalam al-Quran Surat ali Imran, Surat 3 ayat 33, jelas sekali bahwa kemudiannya dia telah dipilih oleh Allah, telah Ish-thafa buat memikul tanggungjawab untuk meramaikan dunia ini. Dan kemudian itu bertemulah berpuluh ayat di dalam al-Quran yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan, sama-sama mendapat penghargaan dari Allah karena Iman dan Amal. Di samping Mu'min terdapat Mu'minat, di samping Muslimin terdapat Muslimat, di samping Qanitin terdapat Qanitat, (yang tunduk khusyu` kepada Tuhan). Di samping Sha-imin terdapat Sha-imot (yang berpuasa), di samping laki-laki yang berjalan mengembara mencari kebenaran Saihin, terdapat pula Saihot. Dan untuk semuanya disediakan Allah pahala dan ampunan yang besar, dengan tidak ada perbedaan. Dijelaskan lagi dalam beberapa ayat bahwa suami yang taat kepada Allah akan diikuti pula oleh isterinya yang taat samasama masuk syurga.Tetapi kadang-kadang penafsir-penafsir al-Quran lama, ada juga yang menghiasinya dengan Tafsiran Israiliyat, yang dibawakan oleh Ka'ab al-Ahbar atau Wahab bin Munabbih, tentang perempuan pangkal dosa, tentang iblis menumpang dalam ular masuk syurga dan sebagainya. Semuanya itu hanya Tafsir, tidak bertemu dalam al-Qurannya sendiri.
No comments:
Post a Comment